Makalah Agama Hindu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah SEJARAH AGAMA HINDU ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Sejarah Agama Hindu. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang.
Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yag membangun demi kebaikan masa
depan.
Mataram, 10 April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Pada mulanya melalui Dewa Brahma
sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi menurunkan Sabda kepada tujuh orang
Rsi, yang oleh tujuh Rsi tersebut Sabda tersebut disebut Wahyu. Selanjutnya
Wahyu yang terkumpul tersebut, atas inisiatif
Rsi Wyasa dibantu oleh empat orang muridnya dibukukan menjadi Weda /
Catur Weda. Catur Weda diterjemahkan oleh para Rsi menjadi Lontar, atau gubahan
lain yang tujuannya agar lebih mudah sampai pada umat yang latar belakang
kemampuannya berbeda.
Bertolak dan kenyataan ini maka
tidak ada alasan bagi umat Hindu untuk tidak mengenal Weda, yang meskipun dalam
bentuk gubahan atau terjemahan. Weda diturunkan di India tepatnya di lembah
sungai suci Sindhu, kemudian sampai pada kita di Indonesia melalui beberapa
proses atau fase-fase.
Zaman ini dimulai dan datangnya
Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan menempati lembah Sungai Sindhu yang
dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai). Bangsa Arya tergolong
ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara tetapi
cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman
mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan beragama
pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita,
yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan ayat-ayat Veda secara
oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
Veda adalah kitab suci Agama
Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui
para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri, Rsi
Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu
tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya
membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal
dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
a) Maharsi Pulaha membukukan Reg Veda
b) Maharsi Jaimini membukukan Sama Veda -
c) Maharsi Vaisampayana membukukan Yajur
Veda
d) Maharsi Sumantu membukukan Atharva Veda
1.2. Tujuan
Makalah
1.2.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejaah
perkembangan Agama Hindu di dunia
1.2.2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sejarah Agama
Hindu di India
b. Untuk mengetahui sejarah Agama
Hindu di Indonesia
c. Untuk mengetahui perkembangan
Agama Hindu sekarang
d. Untuk mengetahu peninggalan
sejarah Agama hindu di dunia
e. Untuk mengetahui pelaksanaan
Agama Hindu
1.3.
Manfaat
Untuk menambah wawasan tenteng
Agama Hindu dan pelaksanaaan agama Hindu di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1. Pengertian
Veda
Veda adalah kitab suci Agama
Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui
para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri, Rsi
Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu
tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya
membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal
dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
e) Maharsi
Pulaha membukukan Reg Veda
f) Maharsi Jaimini membukukan Sama Veda -
g) Maharsi
Vaisampayana membukukan Yajur Veda
h) Maharsi
Sumantu membukukan Atharva Veda
2.2. Pembagian
Veda
2.2.1.Reg
Veda,
merupakan kitab tertua dan terpenting.
Isinya dibagi atas 10 Mandala, menunjukkan kebenaran yang mutlak. Mantranya
terdiri dari 10.552 yang diucapkan untuk mengundang, mendekatkan Tuhan dan
manifestasinya yang dipuja agar hadir pada saat upacara Pengucapan mantra
adalah pemimpin upacara yang disebut Hotr.
2.2.2.Sama
Veda,
isinya diambil dan Reg Veda, kecuali
beberapa nyanyian suci yang dinyanyikan pada saat upacara dilakukan. Jumlah
mantranya terdiri atas 1.875. Yang menyanyikan lagu pujaan ini disebu Udgatr.
2.2.3.
Yajur Veda,
terdiri dan 1.975 mantra, berbentuk prosa yang
isinya berupa rafal dan doa pengucapannya adalah pemimpin upacara bernama
Adhvaryu pada saat pelaksanaan upacara korban. Fungsi rafal adalah bukan memuja
para Dewa melainkan mengubah upacara korban yang dipersembahkan menjadi makanan
yang dapat diterima oleh para Dewa dengan pengucapan berulang-ulang disertai
dengan menyebutkan nama manifestasi Dewa yang hendak dihadirkan.
2.2.4.Atharva
Veda,
terdiri dan 5.987 mantra berbentuk
prosa yang isinya berupa mantra-mantra yang kebanyakan bersifat magis, yang
memberikan tuntunan hidup sehari-hari berhubungan dengan keduniawian seperti
tampak dalam sihir, tenung, pedukunan. Isi sihir-sihir dimaksud bertujuan untuk
menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat, mencelakakan musuh dan
lain sebagainya.
2.3. Perkembangan Agama Hindu di
India pada zaman Upanisad
Zaman Upanisad ini merupakan
reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana. Dimana sejalan dengan
berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada akhirnya
umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan disebut
aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika
(kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga aliran
tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai kitab suci
Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara otomatis keluar dan Agama Hindu
sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama Hindu dan kembali pada Veda
sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.
BAB III
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI NEGARA LAIN
Beberapa bukti peninggalan
sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita pergunakan sebagai dasar
untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah berkembang di
negara-negara lain selain India antara lain sebagai berikut.
3.1. Afghanistan
Di Afghanistan telah ditemukan
arca ganesa dari abad ke-5 M yang ditemukan di Gardez, afghanistan sekarang
(Dargah Pir Rattan Nath, Kabul). Pada arca tersebut terdapat tulisan ’’besar
dan citra indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa
tersebut menunjukkan bahwa agama hindu merupakan agama yang dianut oleh
masyarakat di Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.
Di Kampuchea saat ini terdapat
taman wisata arkeologis angkor wat, yaitu kompleks kuil-kuil yang terdiri dari
angkor wat, bayon, dan banteay srey. Angkor Wat merupakan candi Hindu yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dan sebagai simbol kosmologi
hindu. Angkor pernah menjadi kota suci tujuan para peziarah dari seluruh
kawasan asia tenggara
3.2. Filipina
3.2. Filipina
Bukti-bukti
pengaruh Hindu di Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasasti
tembaga laguna atau disebut juga
keping tembaga laguna. Prasasti tembaga laguna adalah dokumen tertulis pertama
ditemukan dalam bahasa filipina. Piring itu ditemukan pada tahun 1989 oleh E.
Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di Metroplex, Manila, filipina. Prasasti
tersebut bertuliskan tahun 822 saka. Dalam prasasti tersebut terdapat banyak
kata dari bahasa sanskerta, jawa kuno, Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kuno.
3.3. Mesir ( Afrika )
Sebuah
prasasti dalam bentuk inskripsi yang berhasil digali di Mesir
berangka
tahun 1280 SM. Isinya memuat perjanjian antara Raja Ramses II dan bangsa
Hittite.
Dalam perjanjian yang
dilaksanakan oleh Raja Ramses II dengan bangsa Hittite tersebut, Mattravaruna
sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. hal
’’ancient history of the new east’’, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari
Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke-Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir di
zaman purbakala mempergunakan nama-nama, seperti Ramses I, Ramses II, Ramses
II, dan seterusnya. Kata ramses mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam
kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara
Dewa Wisnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara, Wisnulah yang
menyelamatkan dunia ini dari ancaman keangkaramurkaan.
3.4. Meksiko
Meksiko terbilang negeri yang sangat
jauh dari india. Masyarakat negeri ini dikatakan telah trbiasa merayakan sebuah
hari raya pestaria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pestaria ini
memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam
agama hindu. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di
negeri Meksiko telah menghasilkan penemuan beberapa patung ganesa ( baron
humbolt dan harlas sanda ’’hindu superiority’’, hal 151).
Penduduk zaman purbakala yang ada
di daerah-daerah ’’Meksiko’’ adalah orang-orang Astika, yaitu orang-orang yang
percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata astika adalah sebuah istilah yang
saat ini masih dipergunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai salah ucapan dari
kata Aztec.
Festival Rama-Sita yang dirayakan
oleh masyarakat Meksiko dapat disamakan dengan percaya hari dussara atau
Navaratri. Penemuan patung ganesa kita hubungkan dengan arca ganesa sebagai
putra dewa siwa dalam mitologi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa
Astec itu sendiri yang kebanyakan di antara mereka memiliki kepercayaan memuja
dewa siwa.
3.5. Peru
Di sebelah barat-daya amerika
latin terdapat negeri yang disebut dengan peru. Penduduknya melakukan pemujaan
trhadap dewa matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada
hari-hari Soltis. Masyarakat negeri peru dikenal dengan bangsa inca. Kata inca
berasal dari kata ina yang berarti Matahari.
Soltis jatuh pada tanggal 21 juni dan
22 desember, yaitu pada hari-hari ketika matahari telah sampai pada titik
deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada
peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 juni matahari ada di titik
bumi belahan utara ’’utarayana’’, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan
upacara yang berkaitan dengan dewa yadnya. Tanggal 22 desember matahari berada
di titik bumi belahan selatan ’’daksinayana’’ saat waktu itu dipandang baik
untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yadnya. Dewa matahari
menurut keyakinan umat hindu indonesia ’’bali’’ disebut Siwa Raditya =surya=
matahari. Pemujaan kehadapan dewa matahari ’’surya raditya’’ terbiasa dilakukan
oleh umat hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca di Peru.
3.6. Kota Kalifornia
Kalifornia adalah sebuah kota
yang terdapat di amerika serikat. Nama kota ini diperkirakan memiliki hubungan
dengan kata kapila aranya. Di kota kalifornia terdapat cagar alam taman gunung
abu ’’ash mountain park’’ dan sebuah pulau kuda ’’horse island’’ di alaska,
amerika utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab
purana tentang keberadaan raja segara dan enampuluh ribu putra-putranya yang
dibakar habis hingga menjadi abu oleh maharsi kapila. Raja sagara memerintahkan
putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke patala-loka dalam rangka kepergian
mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra raja sagara, kuda yang
di cari itu diketemukan di lokasi maharsi kapila sedang mengadakan tapa brata.
Oleh karena kedatangan para putranya mengganggu proses tapa brata beliau,
akhirnya maharsi kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah
sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata patala-loka memiliki arti
negeri di balik india, yaitu benua amerika. Kata kalifornia memili kedekatan
dengan kata kapila aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara nyata
dapat kita ketahui bahwa di amerika terdapat cagar alam taman gunung abu yang
kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja sagara yang berjumlah
enampuluhribu dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan raja
sagara.
3.7. Australia
Penduduk negeri kanguru ini memiliki
jenis tarian tradisional yang disebut dengan siwa dance atau tarian siwa. Siwa
dance adalah semacam tarian yang berlaku di antara penduduk asli Australia
(spencer dan gillen ’’the native of central australia’’, halaman 621.
Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari ‘’siwa
dance’’ menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan
suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa
penduduk asli negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah mengenal atau mendengar
dongeng-dongeng weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.
BAB IV
AGAMA HINDU DI INDONESIA
Berdasarkan beberapa pendapat,
diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di Lembah Sungai
Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari Hyang
Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu,
ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang,
Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa
teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
1. Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul
"Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh
Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan
oleh golongan pedagang (Waisya) India.
2. Mookerjee (ahli - India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya
pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan
armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan
koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari
tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang
berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
3. Moens dan Bosch (ahli - Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum
Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke
Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para
rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Bersamaan dengan berkembangnya
pengaruh agama Hindu ke seluruh dunia termasuk indonesia, terjadilah akulturasi
antara kebudayaan asli indonesia dan kebudayaan india yang dijiwai oleh agama
hindu.
Pengaruh agama hindu. Dapat
diterima oleh bangsa indonesia dengan damai. Dengan demikian, perkembangan
agama hindu di indonesia menjadi subur dan bervariasi, sebagaimana bukti-bukti
yang ada dan kita ketahui, seperti berikut.
a. Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan
bercorak Hindu di Nusantarayang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan ini
terletak di Muara Kaman,Kalimantan Timur, tepatnya di hulusungai Mahakam. Ada
tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan
sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang
memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam
yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum
brahmana.
Aswawarman
mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar
Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga.
Kerajaan
Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji
Mendapa.
b. Kalimantan Selatan
1. Kerajaan Tanjung Puri1
Sekitar abad ke 5-5
M di kalimantan selatan telah berdiri kerajaan tanjung puri sebagai pusat
kolonisasi orang-orang Melayu yang berasal dari kerajaan sriwijaya. Kerajaan
tanjung puri merupakan kerajaan tertua di kalimantan selatan. Kerajaan ini
letaknya cukup strategis yaitu di Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi sungai
besar sehingga di kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju. Kerajaan
Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai
wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antarsuku dengan segala komponennya.
2. Kerajaan Negara Dipa
Kerajaan Negara
Dipa adalah kerajaan yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan. Kerajaan ini
adalah pendahulu Kerajaan Negara Daha. Kerajaan Negara Daha terbentuk karena
perpindahan ibukota kerajaan dari Amuntai (ibukota Negara-Dipa di hulu) ke
Muhara Hulak (di hilir). Sejak masa pemerintahan Lambu Mangkurat wilayahnya
terbentang dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting.
Kerajaan Negara
Dipa semula beribukota di Candi Laras (Distrik Margasari) dekat hilir sungai
Bahan tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu
sungai Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan
kedudukan Raja Kuripan (negeri yang lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki
keturunan, sehingga nama Kerajaan Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa.
Ibukota waktu itu berada di Candi Agung yang terletak di sekitar hulu sungai
Bahan (= sungai Negara) yang bercabang menjadi sungai Tabalong dan sungai
Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai Negara).
Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.
3. Kerajaan Negara Daha
Kerajaan ini tidak
ada hubungannya dengan Kerajaan Daha di Jawa, yang lebih dikenal sebagai
Kerajaan Janggala.
Kerajaan Negara
Daha adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan.
Pusat ibukota kerajaan ini berada di kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu
Sungai Selatan).
Kerajaan Negara Daha merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa.
c. Jawa Barat
Kerajaan
Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma
adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah baratpulau Jawa pada
abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan
sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada
saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu
Prasasti
yang ditemukan
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat
sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig,
Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di
Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang
disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh
Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering
terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada
musim kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau
Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa
Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada
Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea,
Bogor
5. Prasasti Muara Cianten,
Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung,
Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup,
Bogor
d. Jawa Tengah
Suburnya perkembangan agama hindu
di jawa tengah dapat kita ketahui dari ditemukannya prasasti tukmas. Prasasti
ini ditulis dengan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta dengan tipe tulisan
berasal dari tahun 650 masehi. Prasasti tukmas memuat gambar-gambar atribut :
dewa tri murti, seperti trisula lambang dewa siwa, kendi lambang dewa brahma,
dan cakra lambang dewa wisnu. Prasasti ini juga menjelaskan adanya sumber mata
air yang jernih dan bersih yang dapat disamakan dengan sungai gangga.Sumber
berita cina berasal dari masa pemerintahan dinasti tang tahun 618-696 masehi.
Dari berita cina dapat diketahui di jawa tengan telah berdiri kerajaan kaling
yang pada tahun 674 masehi diperintah oleh raja perempuan bernama ratu sima
yang memiliki sistem pemerintahan sangat jujur.
e. Jawa Timur
Keberadaan kerajaan kanjuruan
dapat kita pergunakan sebagai salah satu landasan untuk mengetahui perkembangan
agama hindu di jawa timur. Prasasti dinoyo merupakan bukti peninggalan sejarah
kerajaan kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan perkembangan agama hidu di
jawa timur. Prasasti dinoyo ditulis mempergunakan huruf kawi dengan bahasa
sanskerta menuliskan angka tahun 760 masehi. Dikisahkan bahwa pada abad ke-8 M
raja di kanjuruan bernama simha.
f. Bali
Keberadaan agama hindu di bali
merupakan kelanjutan dari agama hindu yang berkembang di jawa. Agama hindu yang
datang ke bali disertai oleh agama buddha. Dalam perkembangannya, kedua agama
tersebut berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini sering disebut
dengan sinkritisme siwa – buddha. Sebelum pengaruh hindu berkembang di bali,
masyarakat telah mengenal sistem kepercayaan dan pemujaan seperti berikut.
a. Kepercayaan kepada gunung
sebagai tempat suci.
b. Sistem kubur yang
mempergunakan sarkofagus (peti mayat).
c. Kepercayaan adanya alam sekala
dan niskala.
d. Kepercayaan adanya penjelmaan
(punarbawa).
e. Kepercayaan bahwa roh nenek
moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberikan perlindungan, petunjuk,
sinar, dan tuntunan rohani kepada generasinya.
Demikianlah,
sistem kepercayaan masyarakat bali sebelum pengaruh ajaran hindu datang ke
bali. Sistem kepercayaan masyarakat bali tampak memiliki pola sangat sederhana.
Setelah datangnya maharsi markhandeya di bali, pola kepercayaan yang sederhana
itu kembali disempurnakan.
g.Nusa Tenggara Barat
Perkembangan agama hindu di nusa
tenggara barat ( lombok) dapat kita ketahui dari perjalanan suci (dharmayatra)
dang hyang nirartha. Di lombok, beliau dikenal dengan sebutan pangeran
sangupati. Banyak peninggalan tempat suci dan sastra hindu yang dapat digunakan
sebagai refrensi bahwa hindu pada masa itu telah berkembang sampai di nusa
tenggara barat. Keberadaan agama hindu di NTB juga tidak lepas dari peran serta
kekuasaan raja-raja karangasem pada masa itu.
BAB V
PENINGGALAN SEJARAH AGAMA HINDU
5.1.Mesir
Sebuah prasasti dalam bentuk
incripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 S.M. Isinya memuat
tentang perjanjian antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam
perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite
tersebut, Maitravaruna sebagai dewa kembar dalam weda telah dinyatakan sebagai
saksi (H.R. Hall “Ancient History of the New East”, hal 364). Maitravaruna
adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke Tuhanan agama Hindu.
Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I,
Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan
kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu
diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan
sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman
keangkara-murkaan.
5.2.Mexico
Penggalian-penggalian peninggalan
bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa
patung Ganesa (Baron Humbolt dan Harlas Sanda “Hindu Superiority” halaman 151).
Penduduk jaman purbakala yang ada
di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang
percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang
sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana,
sebagai salah ucapan dari kata Aztec.
Festipal Rama-Sita yang dirayakan
oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau
Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai
putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa
Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja
Dewa Siwa.
5.3.Peru
Penduduknya melakukan pemujaan
terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada
hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca
berasal dari kata Ina yang berarti matahari (Asiatic Researches, Jilid I
halaman 426).
Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni
dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik
deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada
peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi
belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara
yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada
di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik
untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari
menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya =
Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan
oleh umat Hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai
penduduk negeri Peru.
5.4.Kalifomia
Kalifornia adalah sebuah Kota
yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan
kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu
“Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika
Utara.
5.5.Australia
Penduduk negeri Kangguru ini
memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari
Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk
asli Australia (Spencer dan Gillen “The Native Tribes of Central Australia”
halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para
penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini
merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada
kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau
mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Agama Hindu merupakan agama yang
mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh
manusia. Agama Hindu pertama kali dikenal di India. Perkembangan agama Hindu di India, pada
hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 Jaman/fase, yakni Jaman Weda,Jaman Brahmana,
Jaman Upanisad danJaman Budha
Agama Hindu makin lama semakin
menyebar mulai dari India Selatan hingga keluar dari India dengan berbagai
cara, sterutama melalui perdagangan bebas Internasional.
6.2. Saran
Kita
harus menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya
Comments
Post a Comment